SUMENEP, Reportasenews.net – Pulau Sapudi di Kabupaten Sumenep, Madura, memiliki kisah transportasi yang menarik dengan keberadaan perahu kayu tradisional yang masih bertahan hingga saat ini.
Meski zaman terus berubah dengan hadirnya teknologi dan transportasi modern, perahu kayu tetap menjadi pilihan utama masyarakat Pulau Sapudi untuk menyeberangi Laut Tarebung menuju Dungkek.
Perahu kayu ini, yang dikenal dengan nama perahu KLM Pullu, memiliki kapasitas sekitar 70 penumpang dan dilengkapi dengan tiga mesin.
Hal itu memungkinkan perahu untuk bergerak dengan cukup cepat, meskipun tidak secepat kapal modern.
Bagi penduduk setempat, perahu ini bukan sekadar alat transportasi, melainkan juga bagian dari identitas budaya yang mengakar.
Menariknya, perahu kayu ini masih dapat ditemui di pelabuhan rakyat Desa Tarebung. Setiap harinya, perahu ini beroperasi dan melayani perjalanan antar pulau, menunjukkan daya tahan dan relevansi perahu tradisional di tengah gelombang modernisasi.
Ini adalah bukti bahwa teknologi tradisional masih memiliki tempat dalam kehidupan sehari-hari, terutama di daerah yang tetap mempertahankan nilai-nilai lokal dan tradisi.
Perahu kayu di Pulau Sapudi adalah contoh nyata bagaimana masyarakat lokal mampu memadukan kemajuan dengan tradisi.
Di saat sebagian besar tempat mungkin beralih ke transportasi yang lebih modern, Pulau Sapudi tetap memelihara warisan budayanya, menjaga agar tradisi perahu kayu tetap hidup dan berfungsi di era modern.
Di sinilah letak keistimewaannya perahu kayu bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi juga simbol ketahanan dan kebanggaan budaya lokal yang tetap hidup di hati masyarakat Pulau Sapudi.
Perahu itu menjadi pengingat bahwa kemajuan tidak harus selalu menghapus tradisi, tetapi bisa berjalan beriringan, saling melengkapi, dan memperkaya kehidupan masyarakat.
Bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman otentik dan belajar tentang ketangguhan budaya lokal, menaiki perahu kayu di Pelabuhan Tarebung adalah pilihan yang tepat.
Sembari menikmati hembusan angin laut dan pemandangan sekitar, kita bisa merasakan bagaimana modernitas dan tradisi bisa berdampingan dengan harmonis di Pulau Sapudi.***
Sepudi: 3 September 2024