SUMENEP, Reportasenews.net – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang merenggut nyawa Nihayatus Sa’adah (NS) terus memicu kemarahan dan kecurigaan di kalangan masyarakat.
Meski pelaku (AR) mengaku membunuh karena korban menolak diajak berhubungan badan, banyak pihak meragukan pengakuan tersebut dan menganggapnya sebagai alibi untuk meringankan hukumannya.
Mereka yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli (AMP) Neneng menilai pembunuhan dengan alasan apa pun tetaplah tindakan keji dan tidak manusiawi.
“Kami bersama masyarakat mendesak Polres Sumenep untuk mengusut kasus ini dengan serius,” ujar Ahmad Hanafi, koordinator aksi masyarakat di Mapolres Sumenep, Selasa (15/10/2024).
Keluarga korban merasa ada kejanggalan, terutama setelah fakta baru muncul bahwa selang oksigen korban diduga dicabut saat berada di Puskesmas Batang-batang.
Hanafi juga mengungkap bahwa korban kerap mengalami kekerasan, bahkan sejak masa pertunangan, dan pelaku sering menggunakan uang korban secara berlebihan.
Pada bulan Juni lalu, korban dilaporkan mengalami kekerasan fisik berat yang menyebabkan lebam di wajah dan leher, serta mual-mual.
Anehnya, keluarga mendapat kabar kematian Nihayatus bukan dari pihak keluarga pelaku, melainkan dari orang lain.
“Kami curiga ada unsur kesengajaan dan cerita yang dibuat-buat untuk menutupi fakta pembunuhan,” lanjut Hanafi.
Hingga kini, masyarakat meminta pihak kepolisian membongkar kasus tersebut secara transparan dan adil, serta memeriksa pihak-pihak lain yang mungkin terlibat. ***