SUMENEP – Warga di wilayah perbatasan Kecamatan Batuputih–Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, melakukan aksi protes unik namun sarat makna. Mereka menanam pohon pisang, pepaya, hingga pohon jaran di badan jalan yang telah rusak parah sejak empat tahun terakhir.
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk kekesalan terhadap Pemerintah Kabupaten Sumenep yang dinilai lamban dan tidak tanggap dalam menangani kerusakan jalan yang menjadi akses utama masyarakat di kawasan pantura tersebut.
“Jalan ini rusak sejak sekitar tahun 2021. Tapi sampai sekarang belum juga diperbaiki. Tahun 2024 kemarin sempat ada perbaikan, tapi hanya di bagian barat. Di sini tidak diteruskan,” kata salah satu warga setempat, Sabtu (14/6/2025).

Pantauan di lapangan menunjukkan, kerusakan jalan tidak hanya berlubang, tetapi juga tergenang air dan berlumpur saat musim hujan, sehingga sangat membahayakan pengguna jalan. Beberapa pelajar yang melintas pun mengaku kesal.
“Saya ke sekolah lewat sini setiap hari. Ini satu-satunya jalan. Saya sudah jengkel, tapi mau bagaimana lagi?” ujar seorang pelajar sambil mendorong sepeda motornya melewati kubangan air.
Warga lainnya menyebut bahwa kondisi ini telah berulang-ulang dikeluhkan, bahkan mereka sempat menaruh sirtu (pasir batu) secara swadaya untuk menutup lubang jalan, namun hanya bertahan sebentar.
“Kalau hujan begini ya becek dan susah dilewati. Kalau kemarau berdebu. Jalan ini dipakai warga ke pasar Legung dan pasar Candi Dung kek. Ini jalan satu-satunya,” kata seorang warga Dusun Torango.
Salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Batang-Batang yang enggan disebutkan namanya, juga mengecam sikap pemerintah daerah yang dianggap pilih kasih.
“Perbaikan jalan jangan cuma di kota atau pinggiran kota saja. Kami ini juga rakyat Sumenep. Pak Bupati jangan tebang pilih. Kami rakyat kecil juga perlu diperhatikan,” tegasnya.
Warga berharap setelah aksi ini dan pemberitaan menyebar, pemerintah segera melakukan perbaikan menyeluruh. Mereka tidak ingin hanya diberi janji tanpa realisasi.
“Kami hanya ingin jalan ini layak dilalui, tidak lebih. Kalau terus dibiarkan, nyawa yang jadi taruhannya,” pungkas seorang warga lainnya.