Pelatihan Keterampilan DBHCHT Blitar: Peserta Minta Batasan Usia Dihapus, ‘Emak-emak’ Lebih Butuh Pemasukan!

IMG 20251127 WA0040
Penyerahan sertifikat pelatihan kerja dari DBHCHT Kabupaten Blitar.

BLITAR – Program pelatihan keterampilan yang didanai Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Blitar terbukti memberikan dampak ekonomi nyata. Salah satu penerima manfaat, Luluk, pelaku usaha katering dari Kelurahan/Kecamatan Garum, Blitar, mengaku usahanya mengalami peningkatan signifikan setelah mengikuti pelatihan pengolahan makanan selama 10 hari tahun ini.

Luluk menceritakan, ilmu teknis yang didapatkannya, terutama mengenai penggunaan bumbu dan penyedap rasa yang tepat, berhasil membuat cita rasa masakannya lebih diminati pasar.

“Menurut saya sangat bermanfaat sekali. Banyak ilmu baru, contohnya penggunaan penyedap yang pas untuk meningkatkan rasa. Alhamdulillah, sekarang pesanan katering saya semakin ramai,” ungkap Luluk sumringah pada Sabtu (22/11/2025).

Kritikan Membangun: Batasan Usia dan Kurikulum Pemasaran

Meskipun merasakan manfaat besar, Luluk menitipkan catatan kritis untuk Pemerintah Kabupaten Blitar agar program DBHCHT bisa lebih inklusif.

1. Sorotan Batasan Usia

Luluk menyoroti regulasi yang cenderung membatasi usia peserta pelatihan, umumnya hanya sampai 24, 30, atau maksimal 35 tahun (usia produktif muda). Menurutnya, kebijakan ini perlu direvisi karena beban ekonomi terberat justru diemban oleh kelompok usia 40 hingga 50 tahun.

“Justru yang umur 40–50 tahun itu pengeluarannya semakin banyak, apalagi untuk biaya sekolah anak. Yang butuh pemasukan bukan hanya anak muda. Pemerintah harus melihat realitas ini,” kritiknya.

Ia berharap Disnaker dapat memperluas jangkauan peserta, memungkinkan ibu-ibu rumah tangga di usia matang yang menjadi tulang punggung keluarga juga bisa mengakses pelatihan peningkatan skill tersebut.

2. Usulan Materi Marketing

Selain soal usia, Luluk juga mengusulkan agar kurikulum pelatihan di masa mendatang tidak melulu berfokus pada teknik produksi, namun juga dilengkapi dengan strategi pemasaran (marketing).

“Kalau bisa, ada tambahan materi marketing. Soalnya kalau kita bisa buat produk tapi nggak bisa menjual, ya percuma. Paling-paling hanya dipakai sendiri,” tambahnya.
Harapan Berkelanjutan

Terlepas dari masukan tersebut, Luluk mengaku puas dengan fasilitas pelatihan pemerintah yang baru pertama kali ia ikuti. Ia berharap program DBHCHT terus berlanjut karena terbukti menjadi jalan bagi pelaku usaha kecil untuk naik kelas dan meningkatkan pendapatan.

“Saya harap masih bisa ikut lagi. Semoga pelatihannya terus berkelanjutan biar ilmu kami makin bertambah,” pungkasnya. (ADV/Kmf/Asrofi)

×