BeritaKebudayaan

Maulid Sastra Gunung Moncek: Satukan Pegiat Seni Sumenep dalam Malam Penuh Makna

581
×

Maulid Sastra Gunung Moncek: Satukan Pegiat Seni Sumenep dalam Malam Penuh Makna

Sebarkan artikel ini
Maulid Sastra Gunung Moncek, Satukan Pegiat Seni Sumenep dalam Malam Penuh Makna
Foto: Maulid Sastra Gunung Moncek, menyatukan pegiat seni Sumenep dalam Malam Penuh Makna, dihadiri lebih dari seratus peserta. @by_reportasenews.net

SUMENEP, Reportasenews.net – Pembukaan acara “Maulid Sastra Gunung Moncek” dengan tema diskusi “Merawat Tradisi Sastra Santri untuk Indonesia” yang digelar di Rumah Simpul Damar Ate, Sumenep, berlangsung di luar ekspektasi pada Minggu (24/8/2024) malam.

Acara ini terbuka untuk umum dan dihadiri lebih dari seratus peserta, seperti terlihat pada daftar hadir. Yang menarik dari pertemuan malam itu adalah partisipasi dari pegiat seni dari berbagai disiplin, tidak terbatas pada seni sastra saja.

Meski sempat ada kekhawatiran bahwa pandemi COVID-19 telah mengubah wajah kesenian di Sumenep, kehadiran berbagai peserta yang mewakili beragam seni membuktikan bahwa kecemasan tersebut tidak beralasan.

Acara ini dibuka dengan pembacaan Rotib Syaihona Kholil, diikuti oleh penampilan puisi oleh Uwais Zaman, seorang anak yang baru memasuki sekolah dasar.

Penampilan memukau juga datang dari Umar Farouq Sumandar yang membawakan teater, membaca puisi, serta menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengajak semua peserta berdiri dan seolah menyuarakan keprihatinan atas situasi yang tidak menentu.

Acara berlangsung dalam suasana santai dan penuh keakraban, seperti layaknya pertemuan komunitas.

Suasana yang awalnya berangin menjadi hangat dengan lantunan musik dari Catra Bandhawa, yang mengajak peserta menyanyikan sholawat dan merasakan nuansa religius yang magis.

Diskusi publik yang dimoderatori oleh Ach. Junaidi kemudian memperdalam pemahaman peserta tentang pentingnya merawat tradisi sastra santri.

Dua tokoh muda, Kiai Affan dan Kiai Mamak, menyampaikan pandangan mereka tentang tantangan menjaga tradisi sastra dalam era teknologi yang terus berkembang.

Sesi tanya jawab menjadi momen reflektif bagi peserta, mengukur kesadaran dan potensi untuk membangun ekosistem penulis dari latar belakang pesantren.

Malam yang penuh keakraban itu berlangsung dari pukul 20.00 WIB hingga mendekati tengah malam, membuat malam Minggu terasa singkat namun bermakna.

Encung Hariyadi kembali membakar semangat peserta dengan lagu “Kesaksian” karya Iwan Fals, yang liriknya ditulis oleh penyair WS Rendra.

Lagu tersebut diakhiri dengan lantunan sholawat, mengakhiri malam yang penuh dengan semangat dan kebersamaan.

Sementara, panitia acara merasa bahagia dan puas dengan hasil acara yang berjalan dengan luar biasa.

Mereka juga berterima kasih kepada Kemenristek dan Badan Bahasa yang telah memfasilitasi kegiatan Komunitas Kampoeng Jerami, yang telah eksis selama lebih dari 12 tahun.

Acara ini mengingatkan kita bahwa penting untuk terus merawat tradisi, baik itu kekecewaan maupun luka, agar kita tetap memiliki suara dan tetap menjadi manusia yang peduli.***

“Banner