SUMENEP – Warga di perbatasan Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, dan Desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, kembali mengeluhkan kondisi jalan rusak parah yang tak kunjung diperbaiki. Ruas jalan penghubung sepanjang hampir 300 meter tersebut sudah bertahun-tahun mengalami kerusakan berat, namun hingga kini belum ada perhatian serius dari pemerintah daerah.
Pantauan langsung di lapangan, aspal sudah nyaris hilang, dan sejumlah titik dipenuhi lubang besar yang kerap tergenang air saat hujan. Tak sedikit pengendara sepeda motor yang nyaris terjatuh karena harus berjuang melewati jalur ekstrem tersebut.
“Sudah dua periode Bupati Ahmad Fauzi menjabat, tapi jalan ini tetap seperti ini. Bismillah Melayani Jilid 2 itu slogan saja kalau kenyataan di desa seperti ini terus diabaikan,” ujar Ali, mantan Ketua DPC GMNI Sumenep, kepada Reportase News, Kamis (3/7/2025).
Jalan rusak ini bukan sekadar jalur biasa. Warga menyebutnya sebagai urat nadi desa karena menjadi akses penting untuk aktivitas pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan pertanian. Anak-anak sekolah, tenaga medis, hingga pedagang sayur setiap hari melewati jalan ini dengan penuh risiko.
“Kalau jalan ini terus rusak, pemerintah sama saja dengan membiarkan rakyat celaka perlahan-lahan,” tegas Ali, yang kini aktif di Serikat Pemuda Nasionalis (SPN).
Ali juga menuding pemerintah bermain narasi manis saat kampanye, tapi minim aksi nyata setelah terpilih. Ia meminta Bupati Ahmad Fauzi dan jajaran untuk segera turun ke pelosok, melihat sendiri kondisi jalan yang disebut warga sebagai “jalur penderitaan”.
Kritik juga diarahkan terhadap ketimpangan pembangunan antara wilayah kota dan desa. Ali menyebut, selama ini perhatian Pemkab terlalu terpusat di wilayah perkotaan, sementara desa-desa yang jauh dari pusat pemerintahan seolah dianggap “kelas dua”.
“Kami ini bukan rakyat sisa. Kami punya hak yang sama. Jangan karena kami tinggal di desa lalu infrastruktur kami dikesampingkan,” pungkasnya.
Warga berharap, pemerintah segera mengalokasikan anggaran perbaikan infrastruktur desa, terutama jalan-jalan penghubung antarwilayah yang selama ini luput dari perhatian. Menurut mereka, tagline ‘Bismillah Melayani Jilid 2’ akan kehilangan makna jika penderitaan rakyat kecil terus dibiarkan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Pemkab Sumenep maupun Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).