BLITAR — Upaya Pemerintah Kabupaten Blitar dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing komoditas tembakau kembali mendapat perhatian serius pada tahun 2025. Melalui pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), Pemkab Blitar membangun gudang tembakau dan dome pengering di Kecamatan Selopuro sebagai bagian dari program penguatan sektor pertanian yang dilakukan secara terintegrasi.
Kegiatan ini dipantau secara langsung dalam kunjungan lapangan yang dilakukan Pemkab Blitar bersama Biro Perekonomian Provinsi Jawa Timur pada Senin (10/11/2025). Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari agenda evaluasi tahunan DBHCHT yang telah diawali dengan rapat koordinasi lintas OPD di Ruang Candi Simping, Kanigoro.
Tiga Program Strategis Dikonsentrasikan di Selopuro
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Blitar, Ir. Setiyana, menjelaskan bahwa Selopuro dipilih sebagai lokasi prioritas mengingat kecamatan ini menjadi sentra produksi tembakau terbesar di Blitar. Tahun 2025, Selopuro kembali menerima tiga kegiatan utama DBHCHT, yaitu:
- Pembangunan jaringan irigasi tersier,
- Pembangunan gudang tembakau,
- Pembangunan dome pengering tembakau.
“Semua kegiatan di Selopuro ini diarahkan untuk memperkuat rantai produksi tembakau dari hulu ke hilir. Irigasi sudah hampir rampung dan tinggal tahap perapian. Sementara gudang dan dome pengering ditargetkan selesai pada pertengahan Desember,” ujar Setiyana.
Menurutnya, keberadaan infrastruktur tersebut menjadi kebutuhan mendesak karena petani tembakau selama ini menghadapi tantangan serius terkait ketersediaan air dan fasilitas pascapanen.
Gudang dan Dome Pengering: Kebutuhan Baru untuk Peningkatan Mutu
Pembangunan gudang tembakau disebut menjadi solusi utama untuk menjaga stabilitas kualitas daun tembakau. Penyimpanan yang baik dapat meningkatkan kadar aroma dan nilai jual secara signifikan.
“Tanpa tempat penyimpanan yang benar, petani sering rugi karena kualitas daun cepat menurun,” jelas Setiyana.
Sementara dome pengering yang dibangun tahun ini merupakan fasilitas baru yang masih bersifat inovatif. Dome tersebut dirancang untuk mengantisipasi kesulitan pengeringan di musim hujan. Selama ini, petani hanya mengandalkan sinar matahari, sehingga cuaca menjadi faktor risiko utama terhadap hasil panen.
“Dome ini menggunakan sirkulasi udara tertutup sehingga daun tembakau bisa dikeringkan lebih merata. Selain itu, lantai dome dapat dimanfaatkan kembali untuk persemaian setelah masa panen berakhir,” katanya.
Inovasi dome diharapkan mampu mengurangi ketergantungan petani terhadap plastik penutup persemaian yang selama ini menjadi biaya tambahan setiap musim tanam.
Selopuro dan Warisan Tembakau Blitar
Sebagai kecamatan yang menjadi tulang punggung produksi tembakau, Selopuro memiliki sejarah panjang sejak masa VOC. Varietas Kenongo, Kalituri, hingga Sedep yang tumbuh di kawasan ini dikenal memiliki karakter aroma kuat dan nikotin relatif tinggi, menjadikannya bahan baku favorit untuk rokok kretek berkualitas.
Namun, perkembangan zaman, perubahan iklim, serta terbatasnya sarana penunjang menyebabkan daya saing petani menurun. DBHCHT hadir untuk menjawab tantangan tersebut melalui penguatan fasilitas, pendampingan budidaya, dan pembenahan tata niaga tembakau.
Pendekatan Kolaboratif Antara Pemerintah dan Petani
Setiyana menegaskan bahwa pembangunan sarana fisik hanyalah salah satu bagian dari strategi besar pemerintah daerah. Pendampingan terhadap kelompok tani, pelatihan budidaya berkelanjutan, hingga edukasi manajemen hasil panen juga menjadi prioritas.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap rupiah DBHCHT benar-benar berdampak pada kesejahteraan petani. Itu sebabnya, kami bekerja bersama kelompok tani, pemerintah provinsi, hingga pelaku usaha,” jelasnya.
Ia menilai, koordinasi yang kuat antar pemangku kepentingan akan mempercepat terwujudnya ekosistem pertanian yang lebih modern dan adaptif.
Harapan Baru bagi Petani Tembakau
Dengan adanya tiga proyek strategis di Selopuro, Pemkab Blitar berharap proses produksi hingga pengolahan pascapanen dapat berjalan lebih efektif, sehingga meningkatkan nilai tambah komoditas tembakau lokal.
“Jika petani bisa menyimpan dan mengolah tembakaunya dengan fasilitas yang lebih baik, posisi tawar mereka di pasar akan naik. Inilah tujuan utama DBHCHT: agar petani tembakau semakin mandiri dan semakin sejahtera,” pungkas Setiyana.
Di tengah hamparan pertanian yang mulai memasuki musim tanam, rangkaian pembangunan ini menjadi sinyal bahwa pemerintah daerah terus berinvestasi pada sektor yang menjadi sumber penghidupan ribuan keluarga di Kabupaten Blitar.






