HukrimPemerintahanSumenep

BSPS Rp109 Miliar Sarat Dugaan Korupsi, Warga Miskin Sumenep Menjerit

605
×

BSPS Rp109 Miliar Sarat Dugaan Korupsi, Warga Miskin Sumenep Menjerit

Sebarkan artikel ini
Reportase News Template 4
Program BSPS Gagal Total di Sumenep. Warga Pertanyakan Hati Nurani Negara

SUMENEP — Ribuan warga miskin di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dari wilayah daratan hingga pulau-pulau terpencil, hanya bisa menahan pilu. Harapan mereka atas program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang dijanjikan pemerintah sebagai jalan menuju rumah layak huni, kini berubah menjadi luka dan kekecewaan.

Bantuan yang seharusnya menjadi berkah, justru terasa seperti kutukan. Banyak warga mengaku tidak pernah menerima bantuan sesuai nilai yang dijanjikan. Bahkan, sejumlah rumah penerima manfaat justru tetap dalam kondisi memprihatinkan—lapuk, berlantaikan tanah, dan nyaris roboh.

Seorang nenek di Pulau Sabuntan, Kecamatan Sapeken, menjadi salah satu potret nyata dari kegagalan distribusi bantuan. Dalam bahasa Bajo yang pelan, ia bercerita: tak ada uang yang datang, tak ada rumah yang diperbaiki. Hanya beberapa lembar papan yang tiba, dan bahkan upah tukang pun harus ia tanggung sendiri.

“Katanya dibantu Rp20 juta, tapi yang datang cuma papan. Saya malah kasih makan tukangnya. Uangnya ke mana?” keluhnya lirih, sembari menatap lantai rumah yang mulai lapuk.

Cerita serupa bergema di banyak tempat. Warga hanya menuntut satu hal: keadilan. Namun penanganan hukum atas dugaan korupsi BSPS senilai Rp109 miliar lebih justru berjalan lamban. Padahal keluhan warga, bukti lapangan, hingga rekam digital penyimpangan sudah bertebaran.

Pertanyaan pun menggema di berbagai sudut kampung:

“Kenapa lambat?”
“Apakah ada nama besar yang dilindungi?”
“Apakah hati nurani para penegak hukum telah tertutup?”

Organisasi masyarakat sipil GARDASATU (Garuda Sakti Bersatu) menyatakan akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas. Ketua GARDASATU Jawa Timur, Badrul Aini, menegaskan bahwa dugaan korupsi pada program bantuan untuk rakyat miskin merupakan kejahatan sosial yang luar biasa.

“Mereka bukan hanya mencuri uang negara, tapi juga merampas harapan dan hak hidup layak orang-orang miskin. Ini dosa sosial yang sangat berat,” tegasnya.

Hari ini, rakyat kecil memang masih sering jadi korban. Tapi mereka tidak sendirian. Suara mereka menggema lewat media, lewat aksi, dan lewat kisah-kisah getir yang mereka alami.

Dan hingga kini, satu pertanyaan masih menggantung di langit Sumenep:

“Haruskah tangisan warga miskin penerima BSPS ini sia-sia?”

“Banner

Tinggalkan Balasan