SUMENEP – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai sorotan setelah seekor ulat hidup ditemukan dalam paket makanan siswa di salah satu SD Negeri di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Senin (13/10/2025).
Temuan tersebut langsung menjadi perbincangan hangat publik dan mencuatkan pertanyaan besar mengenai ketelitian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Al Azhar, Desa Aeng Dake, selaku pengelola program di wilayah itu.
Dalam video berdurasi 40 detik yang beredar luas, tampak seorang guru menunjukkan ulat berwarna coklat di atas daun selada. Makanan itu pun tidak jadi dimakan dan dikembalikan kepada petugas sekolah.
“Mohon diperhatikan ini ada ulat, Pak. Ini dikembalikan sama anak-anak,” ujar guru tersebut dalam video.
Aktivis Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Madura, Dayat Mahjong, menilai insiden tersebut menandakan lemahnya sistem kontrol dan pengawasan mutu makanan.
“Program MBG tidak bisa dikelola asal-asalan. Ini menyangkut kesehatan anak-anak sekolah yang menjadi generasi penerus bangsa,” tegasnya, Kamis (23/10/2025).
Ia mendesak adanya evaluasi menyeluruh, mulai dari dapur produksi, sumber bahan pangan, hingga manajemen distribusi makanan.
“Harus ada standar kebersihan yang ketat, dan pengelola wajib mengikuti SOP sesuai pedoman pemerintah,” tambahnya.
Pemerintah pusat melalui Badan Gizi Nasional (BGN) juga menegaskan akan menjatuhkan sanksi kepada pelaksana MBG yang lalai, mulai dari pengembalian dana, penutupan sementara dapur, hingga pencabutan izin operasional.
Selain itu, semua SPPG diwajibkan memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) dan melakukan sterilisasi alat makan setiap hari.
Hingga berita ini diturunkan, pihak SPPG Yayasan Al Azhar belum memberikan klarifikasi resmi terkait insiden tersebut.
Sementara, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep disebut telah melakukan koordinasi untuk melakukan pemeriksaan lapangan.
“Program MBG adalah amanat negara. Kalau pengelola lalai, maka itu bukan hanya pelanggaran administratif, tapi moral,” pungkas Dayat.






